Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

3 Kesalahpahaman Tentang Uang yang Menghambat Kemajuan Finansial

3 Kesalahpahaman Tentang Uang yang Menghambat Kemajuan Finansial

Uang adalah bagian penting dalam kehidupan kita, hampir semua aktivitas kita tidak bisa terlepas dari uang.

Uang memang bukan hal terpenting dalam hidup, tapi menjadi bagian yang sulit untuk kita lepaskan dalam kehidupan kita.

Adakalanya kita punya banyak anggapan, banyak keyakinan, dan banyak penilaian yang kurang tepat tentang uang.

Pada artikel ini, saya ingin mengajak kalian semua untuk mencoba meluruskan beberapa kesalahpahaman tentang uang.

3 Kesalahpahaman Tentang Uang

1. Kuantitas vs Kualitas

Banyak orang menganggap uang yang banyak itu sangat penting. Mereka lebih fokus mencari uang daripada memperhatikan kualitas uang yang mereka dapatkan.

Uang itu tidak sekadar tentang kuantitas, tentang banyaknya nominal yang kita punya, tapi ada kualitas yang terselip di dalamnya.

Kuantitas terkait dengan banyaknya uang yang kita punya, sementara kualitas terkait dengan keberkahan yang meliputi dan tersimpan dalam setiap uang yang kita miliki.

Punya banyak uang namun tidak berkualitas, akhirnya uang yang datang sangat banyak pada diri kita namun uang itu akan mudah pergi begitu saja.

Hari ini dapat 10 juta, esok sudah keluar lagi 11 juta. Hari ini dapat 20 juta, tidak lama kemudian kita harus mengeluarkan uang juga dengan jumlah yang sama.

Pendek kata, efeknya berapapun jumlah uang yang kita punya, kadang uang itu sangat cepat untuk pergi. Ini menunjukkan bahwa kita hanya punya kuantitas tapi tidak punya kualitas.

Kita mungkin punya income yang besar, tapi kita tidak punya kemampuan untuk mengelolanya sehingga uangnya sangat mudah untuk habis.

Sementara kualitas terkait dengan bagaimana uang itu ketika sudah ada di diri kita. Uang yang berkualitas membuat kita yang punya yang mendapatkan merasa nyaman.

Uang itu betah ada di diri kita, akhirnya uang itu bisa kita simpan dan kemudian bisa kita tumbuhkan. Uang yang sedikit bisa kemudian bertumbuh dengan cara yang tepat menjadi lama-kelamaan, sedikit demi sedikit menjadi lebih banyak.

Ketika kita punya uang dan uang itu adalah uang yang berkualitas, maka uang itu tidak mudah pergi dari diri kita.

Ini satu hal yang penting yang patut kita sadari bahwa berbicara tentang uang, jangan fokus mengejar nilai, mengejar kuantitas, mengejar banyaknya uang tapi perhatikan juga kualitas.

Perhatikan keberkahan di dalamnya. Alangkah lebih bagus jika kita punya kemampuan mendapatkan uang dengan kuantitas yang banyak dan kualitas yang sangat baik.

2. Takut vs Syukur

Kadang ketika kita mengeluarkan uang, kita merasa enggan. Kita merasa berat, kita merasa takut kalau-kalau uang kita akan segera habis.

Kadang ketika kita menerima uang, kita juga merasa kurang. Menerima 1 juta, kita berpikir harusnya bisa 2 juta.

Menerima 2 juta, kita juga berpikir harusnya bisa 5 juta. Rasa takut dan kurang adalah kadang rasa yang salah yang hadir pada saat kita menerima uang dan mengeluarkan uang.

Kita menerima uang bukan dengan rasa syukur, namun dengan rasa kurang. Kita menganggap "Ah ini terlalu sedikit, harusnya saya bisa dapat lebih."

Ketika kita mengeluarkan, kita merasa takut, jangan-jangan uang yang kita punya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan kita.

Keserakahan, perilaku korup itu muncul bukan karena mereka tidak punya uang tapi karena mereka takut apa yang mereka punya tidak dapat memenuhi semua kebutuhannya.

Mereka punya rasa takut yang sangat besar. Mereka ketakutan jangan-jangan uang itu tidak bisa memenuhi semua kebutuhan dia. Pada akhirnya selalu merasa kurang.

Kesalahan yang kedua yang paling sering dilakukan orang adalah dua kondisi ini: mereka takut ketika mengeluarkan uang dan mereka selalu merasa kurang ketika menerima uang.

Harusnya ketika kita menerima uang kita bersyukur dan ketika kita mengeluarkan uang kita juga tetap bersyukur agar uang itu punya berkah.

Agar uang yang kita punya memberi kebahagiaan pada kita. Berapapun banyak uang yang kita punya, jika kita mendapatkannya dengan rasa kurang dan mengeluarkannya dengan rasa takut, maka uang itu tidak membawa kebahagiaan untuk kita.

3. Emosi vs Rasional

Ketika kita memegang uang, apa yang kita dahulukan? Perasaan atau rasionalitas kita? Kebanyakan orang mendahulukan perasaannya daripada akal sehatnya.

Karena kita mengelola uang dengan dasar emosi, akhirnya yang terjadi ketika kita punya banyak uang kita merasa bahagia dan ketika kita tidak punya uang kita merasa sedih.

Ketika kita punya banyak uang, kita ingin berbagai macam hal, kita menurutkan hawa nafsu kita, menurutkan emosi kita, sementara kita melupakan aspek rasionalitas kita.

Harusnya ketika kita berupaya untuk meningkatkan income kita, mengeluarkan sebagian dari uang kita, dahulukan rasionalitas kita.

Kelola uang dengan akal sehat, bukan dengan emosi. Ketika kita mengelola uang dengan penuh rasa emosi maka uang itu akan sangat mungkin mudah menguap.

Kita pegang banyak uang tapi tidak mengerti uangnya untuk apa saja. Yang ada adalah uang itu kita gunakan untuk memenuhi semua keinginan kita, bukan kebutuhan kita.

Karena kita tidak rasional dalam kelola uang, akhirnya kita tidak berpikir jangka panjang dan tidak memikirkan apa yang akan kita butuhkan di masa mendatang.

Kita juga lupa bahwa tidak selamanya kita pegang uang banyak, adakalanya mungkin kita diuji dengan kesulitan.

Ketika kita mampu mengelola uang dengan rasional, maka kita akan lebih bijak mengelola kebutuhan kita baik kebutuhan hari ini dan kebutuhan masa depan.

Di titik inilah kesalahan terbesar yang banyak dilakukan oleh orang adalah mereka tidak mengelola uang secara akal sehat, tapi mengelola uang menuruti keinginan, emosi, dan hawa nafsu.

Jadi di titik inilah pentingnya, yuk kelola uang kita dengan mengikuti akal sehat, dengan mengikuti rasionalitas kita, dan jangan mengikuti emosi kita.

Itulah 3 persepsi, keyakinan, dan pikiran yang kadang mengikuti uang dan ternyata itu kuranglah tepat.