Mobil, Si Pembunuh Kekayaan Tersembunyi di Balik Gaya Hidup Mewah
Setiap manusia pasti punya banyak keinginan dan itu boleh-boleh saja karena itu wajar. Kita juga boleh menuruti semua keinginan kita asal kita punya kemampuan.
Tapi satu hal yang harus kita ingat, sebagian dari keinginan kita itu bisa jadi menjadi Wealth Killer untuk hidup kita, ya sang pembunuh kekayaan.
Buat kamu yang terjebak pada Wealth Killer bisa dipastikan hidupmu pasti susah, bisa dipastikan kamu pasti sulit kaya.
Pertanyaannya, apa sih Wealth Killer itu, lantas seperti apa bentuknya? Yuk temukan jawabannya dalam artikel berikut ini.
Apa itu Wealth Killer?
Wealth Killer adalah sebuah situasi, sebuah kebiasaan, sebuah keputusan yang jika kita mengambilnya, jika kita mengalaminya maka secara otomatis kita akan terhambat dalam proses mengakumulasi kekayaan, kita akan terhalang dari proses menuju kaya.
Ketika seseorang mengambil keputusan finansial yang membuat seseorang terjebak pada Wealth Killer, yang membuat dia bertemu dengan sang pembunuh paling kejam yang menghambat kita menuju kaya, sangat mungkin kita akan terpenjara selamanya dalam lubang kemiskinan.
Hidup kita akan berpindah dari satu kesulitan ke kesulitan berikutnya. Saya yakin dan percaya pastinya kalian nggak ingin mengalami kondisi ini, nggak pingin bertemu dengan apa yang namanya Wealth Killer itu, nggak pingin mengalami situasi ini.
Ada begitu banyak Wealth Killer yang berkeliaran dalam hidup kita, yang ada di sekitar kita. Jika kita tidak hati-hati dan nggak bijak dalam menyikapinya, sangat mungkin salah satu dari perilaku kita, dari keputusan kita adalah sebuah Wealth Killer yang kita ambil tapi kita nggak menyadarinya.
Salah satu Wealth Killer yang paling berbahaya dan merusak adalah keputusan untuk membeli sebuah mobil, terlebih ketika kita membelinya untuk tujuan konsumtif. Terlebih kita membelinya secara kredit dan secara finansial kita nggak benar-benar baik.
Ketika kita mengambil keputusan membeli sebuah mobil secara kredit, sebenarnya pengeluaran yang akan kita keluarkan tidak hanya sekadar biaya untuk membeli mobil itu atau biaya untuk mencicilnya, tapi ada banyak biaya lain.
Ada biaya bahan bakar, ada biaya parkir, biaya tol, kemudian biaya perawatan, begitu juga dengan biaya depresiasi, dan yang kadang nggak kita sadari adalah biaya kenaikan gaya hidup.
Katakanlah kamu punya income 8 juta sebulan, kemudian kamu memutuskan untuk membeli sebuah mobil, mobil itu dibeli dengan kredit dengan biaya 3,5 juta per bulan.
Terkadang sebelum kita membeli sebuah mobil kita hanya memikirkan dan fokus pada biaya cicilan, apakah kita mampu membayarnya atau nggak.
Padahal setelah kita membeli mobil selain membayar cicilan, kita juga harus menganggarkan uang untuk biaya perawatan, bahan bakar, tol, parkir dan sejenisnya.
Kita asumsikan setiap bulan kita mengeluarkan uang sebesar 400.000 untuk biaya bahan bakar, tol, atau parkir.
Kemudian untuk biaya perawatan, katakanlah setiap tahun kita mengeluarkan uang satu juta atau kita akumulasikan tiap bulannya sekitar 85.000.
Lalu setiap tahun kita juga harus membayar biaya pajak kendaraan, katakanlah biaya pajaknya 2,4 juta per tahun, artinya tiap bulan sekitar 200.000.
Dari sini saja, selain biaya untuk membayar cicilan, kita juga sudah mengeluarkan beberapa biaya:
- 400.000 untuk bahan bakar dan sejenisnya
- 85.000 untuk servis
- Kemudian ada 200.000 untuk biaya membayar pajak.
Praktis pengeluaran kita sekarang tidak lagi sekadar 3,5 juta untuk membayar cicilan, tapi harus ditambah dengan semua biaya itu kurang lebih sekitar 4,2 juta tiap bulannya.
Ini belum kita tambahkan dengan biaya penyusutan. Kita tahu ketika kita beli mobil hari ini maka di tahun pertama ada penyusutan sekitar 10 sampai 20%.
Jika kita asumsikan kita membeli mobil dengan harga 250 juta, kemudian biaya penyusutannya tiap tahun adalah 10%, berarti 25 juta. Maka tiap bulan sebenarnya kita mengeluarkan uang sebesar 2 juta rupiah.
Uang 2 juta ini adalah biaya penyusutan, jadi jika kita tambahkan dengan total pengeluaran yang tadi kita sebutkan, yakni 4,2 juta ditambah dengan 2 juta, maka kita sebenarnya sudah mengeluarkan uang sekitar 6,2 juta tiap bulannya.
Jika gaji kita hanya sebesar 8 juta, berarti uang kita hanya tersisa 1,8 juta. Inilah Wealth Killer itu. Bahwa pembelian mobil tidak sekadar memikirkan biaya kredit, tapi juga ada biaya-biaya lain yang kalau ditotal jumlahnya sangat besar.
Belum lagi kenaikan gengsi dan kenaikan gaya hidup yang mengikuti kebiasaan kita ketika kita membeli sebuah mobil.
Ketika Anda jalan-jalan ke Mall kemudian nongkrong sama teman bawa sebuah mobil, otomatis gengsi kita pasti naik.
Biasanya kita makan mungkin di warteg, kita pun naik kelas mencoba pengalaman baru nongkrong di kafe atau sejenisnya, akhirnya pengeluaran kita juga naik.
Selain itu baju yang kita gunakan, sepatu yang kita pakai, tas yang kita bawa, ada gengsi yang ikut naik. Masa membawa mobil bagus tasnya biasa-biasa saja, kaosnya biasa-biasa saja, begitu seterusnya. Pendek kata, gaya hidup kita pun juga ikut naik.
Tanpa kita sadari, keputusan yang kita ambil untuk membeli mobil membuat semuanya berubah, membuat kondisi finansial kita nggak semakin baik justru semakin buruk.
Keputusan membeli sebuah mobil tanpa diimbangi dengan kemampuan mengakumulasi income, kemampuan menaikkan income, adalah keputusan yang konyol.
Karena keputusan membeli mobil tidak sekadar keputusan yang sangat berbahaya, tapi juga sangat merusak.
Ada begitu banyak pengeluaran lain yang menyertainya yang kadang kita nggak pernah perhitungkan sebelum kita membeli sebuah mobil itu.
Maka di titik ini kita harus sadar bahwa Wealth Killer yang sangat berbahaya adalah ketika kita mengambil keputusan untuk membeli mobil tanpa disiapkan dengan kemampuan finansial yang baik.
Kalau hanya sekadar mengandalkan gaji sebagai seorang pekerja dengan nilai mungkin 2 sampai dengan 3 kali UMR tanpa ada tambahan penghasilan lain, maka coba berpikir ulang untuk membeli sebuah mobil.
Maka di titik ini yuk berhati-hati, karena mobil menjadi Wealth Killer yang sangat berbahaya. Bijak sebelum mengambil keputusan dan berpikir jernih sebelum kita membeli.