Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Atasi Ketakutan dengan Hukum Murphy dan Ciptakan Realitas Positif dalam Hidup

Atasi Ketakutan dengan Hukum Murphy dan Ciptakan Realitas Positif dalam Hidup
freepik.com

Dunia berjalan mengikuti sunnatullah, ketetapan Allah yang tertuang dalam hukum-hukum semesta. Sebagai manusia kita tidak bisa mengubahnya namun yang bisa kita lakukan adalah memahaminya, kemudian menyikapi hukum-hukum semesta tersebut.

Salah satu hukum yang harus kita cermati adalah hukum Murphy. Hukum ini terkait dengan kekuatan pikiran dan ketakutan kita, serta hubungannya dengan realitas kehidupan kita.

Hukum Murphy menyatakan bahwa semakin kita takut sesuatu yang akan terjadi maka semakin besar kemungkinannya sesuatu yang kita takutkan itu menjadi kenyataan dalam hidup.

Hukum ini terkait dengan kemampuan manusia dalam berpikir dan menempatkan titik fokus. Ketika seseorang takut akan sebuah realitas, dia akan takut sesuatu itu akan terjadi pada dirinya.

Tanpa sadar mereka akan terus membayangkannya, terus memikirkannya, dan terus mengimajinasikannya.

Semakin besar ketakutan kita, semakin lama waktu yang kita gunakan untuk terus membayangkan itu semua.


Tanpa kita sadari pada titik ini, kita sedang mencurahkan seluruh energi dan perhatian kita pada apa yang menjadi ketakutan kita.

Sehingga semuanya punya potensi semakin lama semakin dekat dan semakin besar kemungkinan itu terjadi karena manusia punya kekuatan untuk menarik apa yang dia pikirkan.

Seseorang yang dikuasai oleh rasa takut mereka sulit untuk keluar dari ketakutan itu, bayang-bayang ketakutan akan terus datang dalam pikirannya.

Pikiran negatif terus menjelma menjadi imajinasi tentang apa yang akan terjadi karena ketakutan, itu juga akan terus berdatangan. 

Singkatnya, semakin kita takut, semakin kita memikirkannya, semakin realita itu akan mendekat dan benar-benar terjadi.

Oleh karena itu, hukum Murphy memberikan pelajaran kepada kita tentang pentingnya mengendalikan rasa takut. Karena ketika kita takut pada sesuatu, potensinya sangat besar bahwa hal itu benar-benar akan terjadi.


Contoh sederhana adalah ketika seseorang takut gagal dalam mengikuti seleksi, ujian, atau wawancara. Saat dia takut akan gagal, maka dalam pikirannya dia akan membayangkan saat dia mengalami kegagalan itu.

Dia akan mengimajinasikan bagaimana dirinya ketika menghadapi kegagalan, sehingga perasaannya akan semakin negatif, pikirannya akan semakin kacau, dan akhirnya ketakutan ini membuat dia gagal fokus saat mengikuti tes, yang menyebabkan dia benar-benar mengalami kegagalan.

Seseorang yang sedang membangun sebuah bisnis kemudian punya rasa takut akan kegagalan, setiap hari yang dia pikirkan bukanlah bagaimana mengembangkan bisnisnya, tetapi bayang-bayang ketakutan. 

Misalnya, bagaimana jika pesaingnya bertumbuh sementara dia gagal menghadapi persaingan, bagaimana jika dia dikhianati oleh karyawannya, atau bagaimana jika dia gagal mendapatkan pembayaran dari mitranya.

Berbagai ketakutan itu terus berdatangan sehingga pikiran kita fokus pada hal-hal negatif. Akhirnya, seluruh energi kita juga tertuju ke sana dan tanpa disadari, realita hidup kita secara perlahan tetapi pasti akan mendekatkan kita pada kondisi yang kita takuti.

Seseorang yang takut menjadi miskin akan membayangkan betapa tidak nyamannya miskin, atau betapa tidak enaknya jika dia tidak punya uang.

Dia akan membayangkan situasi yang benar-benar tidak dia inginkan, perasaannya menjadi negatif, imajinasinya juga negatif, sehingga dia tidak bisa bertindak secara objektif, dan produktivitasnya menurun yang akhirnya menyebabkan dia berpotensi benar-benar jatuh miskin.


Intinya, hati-hati dengan rasa takut kita karena apa yang kita takutkan itulah yang akan kita tarik ke dalam realitas kehidupan kita.

Contoh lain adalah seorang istri yang takut suaminya selingkuh. Apa yang terjadi? Setiap kali suaminya pergi keluar, rasa curiga akan datang. Dia membayangkan suaminya pergi dengan wanita lain, membayangkan suaminya meninggalkan dia dan keluarganya.

Sehingga ketika suaminya pulang, bukan penyambutan yang hangat yang dia berikan, melainkan justru sebaliknya. Yang dia berikan adalah kecurigaan, yang dia berikan adalah sikap negatif terhadap pasangannya.

Kondisi ini akan membuat sang pasangan semakin tidak nyaman sehingga tanpa disadari justru ini akan membuat dia lebih dekat dengan perselingkuhan.

Terlebih ketika di luar sana dia bertemu dengan wanita lain yang lebih lembut, yang lebih memberi rasa nyaman, akhirnya apa yang menjadi ketakutan sang istri benar-benar terjadi.

Sekarang coba kenali rasa takutmu. Jangan biarkan rasa takut itu semakin membesar karena ketika ketakutan itu semakin besar, justru kita memberi ruang dan energi yang cukup bagi rasa takut itu untuk mewujudkan realitasnya sendiri.

Mari kita fokus pada apa yang menjadi keinginan kita, kemudian letakkan intensi dan atensi kita pada apa yang menjadi keinginan kita itu.


Ketika kamu punya rasa takut untuk mengalami kegagalan, bagaimana jika kita mengubahnya menjadi fokus pada apa yang sebenarnya kita inginkan. Kita ingin sukses, kita ingin lolos ujian, kita ingin diterima saat mengikuti seleksi wawancara untuk pekerjaan.

Maka, bayangkan itu. Bayangkan betapa bahagianya jika kamu bisa mendapatkan pekerjaan sesuai impianmu, bayangkan betapa bahagianya jika kamu bisa sukses mendapatkan tempat sesuai dengan harapanmu.

Jika kamu takut bisnismu gagal, takut bisnismu hancur, coba fokus pada apa yang menjadi keinginanmu. Kamu ingin bisnismu bertumbuh, kamu ingin punya karyawan yang loyal, kamu ingin semua pembayaran menjadi lancar. Bayangkan semua keinginan itu.

Karena sebenarnya, fokus kita pada apa yang menjadi ketakutan kita dan apa yang menjadi keinginan kita punya kekuatan yang sama hebatnya.

Daripada kita menggunakan pikiran kita untuk menarik ketakutan itu, lebih baik kita gunakan pikiran kita untuk mendekatkan diri pada apa yang menjadi keinginan kita.

Ketika seorang istri takut suaminya selingkuh, daripada dia fokus dan membiarkan ketakutan itu menguasai dirinya, yuk segera keluar dari itu.

Bayangkan kondisi ideal. Kamu ingin keluarga yang baik, suami yang lembut, setia, dan bertanggung jawab. Bayangkan itu.

Bangun persepsi bahwa suamimu adalah suami yang baik, suami yang keren, yang sangat bertanggung jawab. Fokus di situ dan jadikan fokus serta harapan itu sebagai doa-doamu.


Pada akhirnya, kenali rasa takut kita dan kenali keinginan kita. Jangan biarkan diri kita terlarut dalam rasa takut itu, tetapi ubah rasa takutmu menjadi apa yang kamu inginkan.

Bayangkan saja apa yang kamu inginkan itu terjadi, bayangkan saja apa yang kamu harapkan itu semakin lama semakin dekat dalam hidupmu.