Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Semakin Lama Semakin Miskin? Ini Bukti dan Solusinya!

Tanpa disadari sebagian besar dari kita itu semakin lama semakin miskin, kondisi ini terjadi bukan karena kita menginginkannya, bukan karena kesalahan kita, tapi sebuah kondisi yang sangat sistematis yang seolah-olah memang dikondisikan untuk dimiskinkan.

Apa buktinya? Dalam artikel ini kami ingin membahasnya secara ringkas untuk kalian semua dengan harapan kalian segera sadar dan melakukan perubahan dengan serius. Kalau tidak, hidup kita semakin lama pasti akan semakin susah.


Semakin Hari Semakin Miskin

1. Warisan

Warisan
freepik.com

Indikator pertama yang dapat kita lihat bahwa semakin lama kita itu semakin miskin adalah dari warisan.

Dulu orang tua kita, nenek kita mungkin punya warisan besar. Misalnya dulu nenek kita dapat warisan dari orang tuanya berupa sawah seluas sekitar 4 hektar.

Kemudian warisan itu diturunkan kepada orang tua kita, masing-masing orang tua kita bisa dapat 2 hektar.

Tapi sampai hari ini kemudian sampai pada kita, maka bisa jadi warisan itu tinggal satu hektar. Nanti kemudian ke anak kita jadi setengah hektar, ke cucu kita sudah habis.

Tanpa sadar dari indikator ini saja kita itu tambah miskin. Coba kalian evaluasi, lihat keluarga kita masing-masing, orang tua kita dulu dapat berapa banyak warisan dari leluhurnya.

Nenek kita dapat berapa banyak, kakek kita dapat berapa banyak, dan sekarang yang sampai pada kita berapa, nanti pada anak kita pada cucu kita. Dari ini saja tanpa sadar kita itu tambah miskin.

2. Inflasi

Inflasi
freepik.com

Setiap tahun harga selalu naik tapi belum tentu gaji kita naik. Semua hal semakin lama semakin tinggi harganya, sementara kemampuan kita menghasilkan uang tetap segitu-segitu saja.

Misalnya orang tua kita dulu pada tahun sekitar 1991 membeli sebuah tanah dengan luas sekitar 500 meter persegi. Saat itu harganya sekitar 4 juta.

Sementara jika kita kalkulasi nilainya hari ini tanah yang berhasil dibeli oleh orang tua kita itu mencapai sekitar 6-7 miliar.

Artinya jika kita konversi pada kondisi hari ini, pada saat itu orang tua kita punya kemampuan membeli dengan nilai sangat luar biasa mahal dengan nilai miliar.

Tapi hari ini ternyata kita tidak punya kemampuan sebaik itu. Sebagian dari kita tidak punya kemampuan di posisi itu.

Misalnya beberapa waktu lalu kamu mampu melakukan investasi tanah tapi nilainya belum sampai pada miliar dan masih hanya di kisaran ratusan juta rupiah.

Artinya di usia produktif orang tua kita dulu mereka mampu melakukan investasi dengan nilai fantastis yang jika dikonversi pada hari ini nilainya miliar.

Tapi pada usia muda kita hari ini dan kalian semua berapa kemampuan kita untuk berinvestasi? Jika di bandingkan dengan orang tua kita.

Memang benar ada sebagian dari kita yang mungkin kemampuannya meningkat jika dibandingkan dengan orang tuanya dulu.

Tapi berapa banyak? Lebih banyak dari kita yang mengalami penurunan kemampuan melakukan investasi dan ini terjadi karena masalah inflasi.

Dulu tanah itu murah, sementara sekarang semuanya serba mahal. Dulu membangun rumah itu murah, sementara semakin lama hari ini semakin mahal.

Orang tua kita nenek kita pendidikannya biasa-biasa saja, mungkin mereka hanya lulusan SMP, SD, bahkan mungkin tidak sekolah.

Tapi mereka bisa kok membuat rumah tanpa hutang, mereka bisa membangun rumah tanpa harus mengambil KPR.

Sementara kalian mungkin pendidikan tinggi sudah kuliah S1 bahkan S2, tapi untuk beli rumah saja bingung harus nyicil sampai 15 bahkan 20 tahun.

Ini pertanda bahwa memang tanpa sadar kita itu semakin lama semakin miskin, kondisi ini terjadi karena memang semuanya naik sangat cepat.

Sementara kemampuan kita membeli, kemampuan kita menghasilkan, kemampuan kita mengumpulkan uang itu tidak secepat dan tidak setinggi kenaikan harga.

Ada satu fenomena aneh lagi, jika kita bandingkan dengan gaji orang tua kita atau penghasilan kita pada 20 atau 30 tahun lalu maka jumlah gaji kita atau penghasilan kita hari ini luar biasa besar.

Ada yang punya gaji 15 juta, 10 juta, 5 juta, tapi kalau kita bandingkan dengan gaji orang tua kita dulu mungkin hanya 100.000 bahkan 200.000 tapi ternyata nilainya berbeda.

Nilai uang 200.000 pada zaman itu sudah punya kemampuan untuk mendapatkan banyak hal, sementara nilai 10 juta hari ini itu sangat-sangat terbatas.

Contoh paling nyata adalah pada kemampuan orang tua kita untuk membeli rumah. Pada zaman itu mereka mampu membuat rumah bahkan membelinya dengan penghasilan yang mungkin kita kategorikan kecil.

Tapi hari ini mereka yang punya penghasilan 10 bahkan 20 juta untuk beli rumah saja kesulitan, terlebih ketika mereka ada di kota.

Harga rumah di kota itu sudah luar biasa sangat tinggi, sementara gaji mereka hanya nominalnya saja yang besar tapi kemampuan untuk mendapatkan sesuatunya sangat kecil.

Memang benar kelihatannya mereka dapat penghasilan 10 juta sampai 20 juta, tapi coba tanya berapa harga rumah sekarang, mampu tidak mereka membelinya?

Karena mereka tidak mampu, terpaksa berhutang 15 tahun sampai 20 tahun. 

Ini bukti bahwa kelihatannya saja kita punya gaji lebih besar jika dibandingkan dengan orang tua kita dulu. Tapi ternyata nilai dari gaji itu semakin lama semakin turun.

3. Naiknya kebutuhan dasar tidak sebanding dengan naiknya gaji

Naiknya kebutuhan dasar tidak sebanding dengan naiknya gaji
freepik.com

Tanda lain yang menjadi bukti bahwa kita itu tanpa sadar semakin miskin, bahkan sengaja dimiskinkan karena naiknya biaya pendidikan yang tidak sebanding dengan naiknya gaji.

Tidak sebanding dengan potensi income yang akan kita terima setelah mengikuti proses pendidikan itu.

Ilustrasinya seperti ini: "Dulu mungkin sebagian besar dari orang tua kita itu tidak kuliah, tapi dia bisa menyekolahkan kita sampai kuliah.

Tapi setelah kita kuliah, ternyata kalau dibandingkan antara biaya kuliah dengan gaji yang kita terima, itu kadang sangat memprihatinkan.

Sebagai contoh, "Seorang guru yang kebetulan terpaksa mengajar di sekolah yang bukan sekolah negara, bukan negeri, maka gaji dia sangat kecil.

Bayangkan seorang lulusan S1, seorang guru digaji tidak setara UMR, mungkin cuma dapat 1 juta bahkan kurang. Ini tentu sangat ironis.

Sudah biaya pendidikannya mahal, tapi uang yang dihasilkan setelah kita bekerja, setelah kita mengikuti program pendidikan itu tidak seberapa.

Di tambah lagi semakin lama biaya pendidikan itu semakin mahal, akhirnya menjadi sebuah pertanyaan.

"Apakah kita nanti mampu menyekolahkan anak-anak kita? Sementara dulu orang tua kita mereka bukan lulusan kuliah, mungkin pekerjaannya hanya seorang petani, seorang pedagang, tapi bisa menyekolahkan anak-anak pada perguruan tinggi.

Kemudian para sarjana yang hari ini sudah lulus dan hari ini jadi orang tua dan kemudian sedang bekerja entah menjadi profesional atau menjadi apapun, ini patut diduga mereka punya potensi mengalami kesulitan ketika nanti menyekolahkan anak-anaknya.

Karena biaya pendidikan hari ini sangat-sangat mahal. Sekarang coba kita bayangkan, setelah kita kuliah dan bekerja kemudian kita dapat penghasilan.

Ternyata penghasilan yang kita terima sebagai seorang sarjana itu untuk beli sebuah rumah saja harus kredit 15 sampai 20 tahun. Belum lagi mereka harus terpaksa menyekolahkan anaknya.

Bisa dibayangkan bagaimana bebannya kan? Belum memikirkan cicilan rumah, biaya pendidikan anak, sementara kemampuan keuangan mereka itu tidak terlalu istimewa.


Level kesejahteraan para pekerja di negara kita itu tidak seberapa, sehingga untuk kebutuhan dasar seperti pendidikan anak dan tempat tinggal saja mereka harus berupaya bertahun-tahun lamanya.

Inilah sebuah kondisi ironi. Kalau kita tidak berubah, kalau kalian tidak melakukan sesuatu, realita sulit ini pasti akan terus kita alami.

Maka dari itu yuk berubah, jadilah lebih produktif. Kalau kita tidak jadi lebih produktif maka kita akan semakin miskin.