Motivasi Hidup, Step By Step Menuju Sukses!
Banyak orang paham dan tahu bahwa kadang yang menghambat proses kita menjadi lebih baik, yang menghambat proses kita menuju ke kelimpahan, yang menghalangi proses kita keluar dari lembah kemiskinan dan menuju puncak kekayaan adalah pikiran kita.
Kita semua sadar ada begitu banyak pikiran yang membatasi kita, yang membelenggu kita, yang membuat kita terjebak di tempat yang sama.
Mungkin sebagian dari kalian telah berjuang memperbaiki, mungkin sebagian dari kamu telah mencoba untuk lepas dari sekat pikiran yang sangat membelenggu ini, tapi toh tetap saja sulit untuk berhasil.
Dalam artikel ini kami ingin mengajak kalian semua untuk step by step keluar dari penjara pikiran yang membuat kita terjebak pada lubang kemiskinan dan kegagalan. Gimana sih langkah-langkahnya? Yuk, baca terus artikel ini sampai selesai ya.
Pepatah mengatakan, "Malu bertanya sesat di jalan." Bertanya itu sesuatu yang penting dalam proses kita menapaki kehidupan karena banyak hal yang tidak kita pahami. Ketidakpahaman inilah yang harus kita pecahkan lewat sebuah pertanyaan.
Namun, tanpa disadari, pertanyaan yang salah juga akan menghantarkan kita pada jawaban yang salah. Akhirnya, kita juga mendapat kesimpulan yang salah.
Terkadang yang membelenggu pikiran kita adalah kesalahan kita dalam bertanya, kesalahan kita dalam menentukan titik awal proses pencarian dan memperbaiki diri.
Ketika kamu bertemu dengan sesuatu yang sulit, kadang kita bertanya dan alangkah sangat mengejutkan sebagian kesalahan kita dalam proses bertanya itulah yang menggiring kita tetap saja terpenjara dalam tempat yang sama, yakni penjara pikiran.
Terkadang kita mempertanyakan apa yang kita hadapi dengan pertanyaan, "Kenapa ini terjadi?". Pertanyaan tentang "kenapa ini terjadi" menghadirkan berbagai jawaban yang tanpa disadari jawaban-jawabannya justru bisa mempertebal penjara hidup kita.
Penjara pikiran itu akan semakin kuat ketika kita bertanya "kenapa". Ketika kamu bertanya, "Kenapa saya gagal?" kita akan menjawab karena saya malas, karena saya nggak serius, dan kadang terakhir kita akan menjawab karena memang saya nggak layak.
Kesimpulan dari jawaban "Kenapa saya gagal?" ini adalah satu proses yang bisa menjerumuskan kita dalam penjara yang lebih kuat lagi. Kita sulit keluar dari batasan pikiran itu karena kita selalu bertanya "kenapa".
Maka pada titik ini ketika kamu bertemu dengan masalah, ketika kamu ingin keluar dari kemiskinan, jangan lagi bertanya "kenapa saya miskin", jangan lagi bertanya "kenapa saya gagal", tapi bertanyalah "bagaimana caranya".
Ketika kita bertanya "Bagaimana caranya agar saya bisa sukses?", "Bagaimana caranya agar saya bisa kaya?", "Bagaimana caranya agar kita bisa menjadi lebih baik?", maka di titik ini kita punya dua potensi jawaban.
Jawaban pertama adalah solusi yang membuat kita bisa melangkah menuju lebih baik, dan jawaban kedua adalah alternatif yang bisa jadi membatasi pikiran kita yang membuat kita berkesimpulan ini sulit.
Setidaknya pertanyaan dari "mengapa" dan kemudian diubah menjadi "bagaimana" ini akan memberikan alternatif berbeda dari cara kita mengambil kesimpulan.
Jika pertanyaan "mengapa" membuat kita lebih fokus pada masalah, maka pertanyaan "bagaimana" membuat kita mencoba merumuskan alternatif solusi dari apa yang kita hadapi.
Memang benar ketika kalian bertanya "bagaimana caranya untuk mengatasi masalah ini?" atau "bagaimana caranya agar saya bisa meraih keberhasilan ini?".
Kadang kita akan merumuskan beberapa jawaban. Dari beberapa jawaban itu bisa jadi kita berkesimpulan, "Ah ini sulit, ini nggak mungkin, saya nggak mampu."
Kamu juga mungkin akan berkesimpulan, "Oke ini caranya, saya harus melakukan ini, melakukan itu dan lain sebagainya."
Pertanyaan "bagaimana" ini bisa menghadapkan kita pada dua sisi, sisi optimis dan sisi pesimis. Kapan kita akan berhadapan dengan sisi pesimis? Pada saat alternatif jawaban yang kita kumpulkan adalah sesuatu yang mungkin kita anggap ini hal yang sangat sulit.
Sementara ketika kita menemukan alternatif solusi yang kita anggap kita mampu menyelesaikan dan kita mampu melakukannya, kita pun akan mampu bersikap optimis dalam menghadapi situasi tersebut.
Ketika kamu menemukan jawaban yang bernada pesimis, kemudian mengatakan "ah ini sulit, ah ini nggak mungkin, ini sangat berat", maka di titik ini kita harus mengubah pertanyaannya bukan lagi "bagaimana solusinya" tapi kita mengubah dengan pernyataan "pasti ada solusinya, pasti ada jalan keluar yang mudah untuk kita, tugas saya adalah menemukannya".
Mengubah dari "bagaimana caranya" menjadi meyakini bahwa "pasti ada caranya" ini akan memberikan persepsi yang berbeda.
Jadi jika kamu merasa terpenjara oleh pikiranmu, jika kamu merasa jawaban-jawaban ini semuanya mentok, semuanya bukan solusi yang terbaik, maka ubahlah menjadi satu keyakinan "pasti ada caranya".
Ketika kita meyakini "saya pasti bisa, pasti ada cara yang dapat saya lakukan untuk meraih ini semua, pasti ada solusi yang akan saya dapatkan", maka sikap optimis itu muncul dan kita pun akan berpikir lebih produktif.
Dengan meyakini bahwa pasti ada jalan ini akan membuat kita bisa lepas dari sekat pikiran, ini bisa membantu kita lepas dari penjara asumsi yang selama ini membatasi kita.
Lantas, apa yang harus kita lakukan setelah kita mampu menemukan solusi, mampu menemukan alternatif cara, setelah pikiran kita mendeteksi beberapa program, beberapa kemungkinan, beberapa alternatif yang bisa kita pilih? Pilih satu dan kemudian eksekusi.
Ketika kamu tahu caranya, ketika kamu tahu jawabannya tapi kamu tidak bertindak, justru di titik ini tekanan akan semakin berat.
Rasa pesimis akan semakin kuat, karena kita tahu solusinya dan kita tidak bertindak. Stres itu akan semakin berat, akan semakin besar jika kita tahu caranya tapi kita tidak mengeksekusinya.
Maka beban pikiran yang selama ini ada di pikiran kita, penjara pikiran yang selama ini membatasi kita harus kita hancurkan dengan tindakan.
Apapun jawaban yang kamu temukan tentang solusi untuk bertumbuh, solusi untuk meraih sukses, solusi untuk menjadi kaya, lakukan saja.
Kadang ketika kita melangkah, pikiran kita terbesit oleh masa lalu, kekhawatiran, ketakutan, kegagalan yang pernah terjadi. Maka di titik ini abaikan saja.
Fokus pada potensi hasil yang kamu dapatkan, bayangkan gembiranya jika kamu mampu meraih itu dan fokuslah untuk membuat persiapan yang baik dan berproses step by step.
Pada akhirnya, jika kamu mampu memperbaiki pertanyaan kita dan jika kamu mampu memperbaiki keyakinan kamu, pada akhirnya kita tutup dengan tindakan nyata. Maka pelan namun pasti perbaikan menuju kelimpahan itu pasti dapat kita raih.