Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Naik Kelas dari Kelas Menengah, 10 Tips Upgrade Diri untuk Raih Kehidupan Lebih Baik

Pernah enggak sih kalian merasa kerja tiap hari, nabung sedikit-sedikit tapi rasanya kok masih belum bisa dibilang kaya? Tenang , kalian enggak sendirian kok. 

Mayoritas penduduk Indonesia itu masuk ke dalam kategori kelas menengah dan calon kelas menengah.

Tapi masalahnya, walaupun punya daya beli yang cukup tinggi dan jadi pendorong perekonomian negara, banyak juga yang terjebak di kelas ini karena kebiasaan-kebiasaan yang sudah tertanam dan membuat mereka sulit untuk naik ke kelas atas.

Nah, dalam artikel ini kita akan bahas 10 ciri yang menunjukkan apakah kalian bagian dari kelas menengah dan apa saja kebiasaan serta mindset yang membuatmu stuck dan sulit buat naik kelas.

Yuk kita bahas satu per satu. Siapa tahu ternyata tanpa sadar kalian sudah masuk kategori ini.

Tanda Kamu Nyaman di Kelas Menengah

1. Pilihan tempat tinggal

Pilihan tempat tinggal
Foto: freepik

Biasanya nih, kebanyakan orang kelas menengah mereka lebih pilih buat beli rumah di pinggiran kota daripada ngontrak.

Bagi mereka, enggak apa-apa deh berangkat jam 5 subuh yang penting punya rumah sendiri, benar enggak nih?

Padahal rumah yang jauh dari kantor dan pusat bisnis itu justru bisa bikin kalian rugi waktu dan kesempatan loh.

Bayangin, berapa waktu yang terbuang buat kalian pulang pergi ke kantor dalam sehari, pasti lebih dari 2 sampai 5 jam sehari kan? Itu artinya seperempat dari waktu produktifmu dalam sehari sudah habis buat di jalan. 

Coba deh pertimbangin buat beli properti bekas di dalam kota atau sewa properti yang lebih dekat dengan kantor. Meski agak mahal, tapi jangan lupa juga aset terpenting yang kalian miliki yaitu waktu.

Selain itu, dengan tinggal di tempat yang lebih strategis kalian bisa menaikkan peluang untuk dapat kesempatan baru dengan waktu produktif yang lebih banyak.

2. Pandangan terhadap pekerjaan

Pandangan terhadap pekerjaan
Foto: freepik

Ciri kedua adalah pandangan terhadap pekerjaan. Orang kelas menengah itu biasanya lebih nyaman kerja di sektor formal.

Entah itu di perusahaan swasta, BUMN, atau instansi pemerintah, yang penting dapat gaji rutin tiap bulan. Walaupun banyak juga yang sudah lama kerja di perusahaan tapi jabatannya stagnant.

Padahal kerjanya sudah banting tulang tiap hari, mereka stuck di kerjaan yang sama bertahun-tahun. Cuman gara-gara sudah nyaman dan enggak berani buat ambil risiko.

Padahal kalau mau naik ke kelas atas, kita harus berani keluar dari zona nyaman dan cari peluang baru yang lebih menantang.

Kadang terlalu nyaman itu bisa membunuh, jadi upgrade terus keahlian yang kamu punya di bidangmu.

Jika sudah memang saatnya kamu pantas, maka peluang dan pekerjaan yang lebih layak pun pasti akan mengikutimu.

Selain itu, tanamkan juga mindset bisnis dan jangan cuma puas jadi karyawan seumur hidup. Pelan-pelan coba deh buka bisnis sendiri atau freelance.

Karena sebaik-baiknya puncak karier adalah ketika kita bisa jadi bos untuk diri kita sendiri dan bisa kasih waktu berharga buat orang yang kita sayangi.

3. Asal punya rumah sendiri

Asal punya rumah sendiri
Foto: freepik

Iya, benar banget, orang kelas menengah itu pasti pengin banget beli rumah pakai hasil kerja kerasnya sendiri.

Biasanya sih mereka beli rumah lewat KPR, cicil selama 10 sampai 20 tahun. Habis itu rumahnya resmi jadi milik sendiri. Rasanya tuh puas banget deh, apalagi kalau sudah lunas.

Tapi jangan salah, punya rumah itu enggak cuma soal agar bisa kelihatan mapan, loh. Walaupun biasanya harga tanah dan properti itu selalu naik dari tahun ke tahun.

Banyak yang lupa bahwa bunga KPR itu enggak semurah yang dikasih tahu sama sales properti. Nah, biasanya sales properti itu selalu pakai suku bunga acuan paling murah pas simulasi cicilan ke calon pembeli.

Tapi kenyataannya banyak yang kaget melihat jumlah cicilan yang melonjak ketika sudah enggak pakai suku bunga fix lagi dan sudah beralih pakai suku bunga floating.

Selain itu, mereka suka terjebak dengan mindset yang penting punya rumah tanpa mikir kualitas akses, lokasi, bunga KPR, serta tenor cicilannya.

Padahal rumah itu enggak cuma sekedar tempat tinggal loh, tapi juga investasi. Coba pakai konsep opportunity cost sebelum ambil keputusan keuangan.

Kalau semuanya enggak dipertimbangkan baik-baik, bisa-bisa kita cuma buang-buang duit karena keberatan bayar bunga KPR dan enggak dapat return yang sebanding di masa depan.

Jadi kalau mau beli rumah, pertimbangkan kemampuan juga ya. Jangan kemakan strategi sales properti yang selalu menjanjikan cicilan murah di awal.

Oh ya, bicara soal KPR dan gimana cara ngambil investasi yang baik, di blog ini saya sering banget ngebahas tips-tips investasi dan pengelolaan keuangan yang mungkin bakal cocok buat kalian.

4. Menyekolahkan anak itu adalah prioritas nomor satu

Menyekolahkan anak itu adalah prioritas nomor satu
Foto: freepik

Nah, ini nih tanda paling khas dari orang kelas menengah Indonesia, yaitu pendidikan. Buat orang tua kelas menengah, menyekolahkan anak itu adalah prioritas nomor satu.

Orang tua kelas menengah masih menganggap ijazah itu penting banget buat bersaing di dunia kerja, makin tinggi gelarnya makin gede juga peluang kariernya. Benar enggak nih?

Kalaupun enggak mampu masuk kampus negeri atau swasta papan atas, ya minimal harus tetap kuliah. Mau jurusan apa saja yang penting kuliah.

Tapi sebenarnya pendidikan tinggi itu belum tentu jadi jaminan buat sukses. Zaman sekarang ijazah doang enggak cukup loh buat jadi orang kaya, yang lebih penting tuh skill, pengalaman, sama networking.

Jadi jangan cuma fokus kuliah, tapi juga aktif ikut organisasi, magang, atau bahkan bikin startup sendiri. Dengan gitu kalian bisa punya value lebih yang dibutuhin dunia kerja atau dunia bisnis.

5. Suka memaksa passion anaknya

Suka memaksa passion anaknya
Foto: freepik

Sekarang kita akan bahas soal parenting style alias gaya pengasuhan dari orang tua kelas menengah.

Biasanya orang tua kelas menengah tuh suka banget maksa anaknya buat jadi dokter, insinyur, atau profesi bergengsi lainnya. Padahal belum tentu itu passion dan bakatnya si anak. 

Contohnya kayak gini deh, dari kecil anak-anak sudah diarahkan buat ikut les ini itu. Padahal belum tentu juga anaknya suka terhadap bidang tersebut. 

Alhasil pas sudah kerja banyak yang stuck di karier yang enggak dia suka karena cuma buat memuaskan ego orang tuanya dengan milih bidang tersebut.

Padahal menjadi orang tua yang baik itu enggak melulu soal profesi populer dan gelar yang dimiliki. Yang lebih penting itu gimana kita bisa mendampingi dan mengarahkan anak sesuai minat dan bakatnya.

Kasih mereka ruang untuk explore dan temukan passionnya sendiri, siapa tahu anak kita justru lebih jago di bisnis atau seni misalnya.

6. Kebiasaan traveling

Kebiasaan traveling
Foto: freepik

Nah, buat ngilangin penat setelah kerja dan ngurus anak, biasanya orang kelas menengah suka banget tuh traveling. Kalau soal budget traveling, mereka tergolong perhitungan banget nih.

Tiket pesawat, hotel, sampai transportasi pasti selalu pantengin kode promo aplikasi di jam-jam tertentu biar dapat harga yang paling murah, benar enggak nih?

Sebenarnya traveling boleh saja kok buat refreshing dan belajar budaya baru, tapi masalahnya buat orang kelas menengah, traveling tuh kadang jadi ajang unjuk gigi dan pamer kebahagiaan saja.

Lihat teman upload foto di Merlion Park, Singapura, kita juga pengen ke sana biar enggak kalah keren. Nah, harus dilurusin lagi niatnya.

Daripada traveling cuma FOMO dan buat pamer foto, mending tahan dulu dan investasikan ke hal yang lebih produktif dulu kayak kursus, beli aset, atau bangun network. Dijamin pasti lebih worth it buat jangka panjang deh hasilnya.

7. Iri melihat gaya hidup orang kaya

Iri melihat gaya hidup orang kaya
Foto: freepik

Kita semua pasti pernah ngerasain gimana rasanya iri sama gaya hidup orang-orang kaya kan? 

Apalagi kalau kita lihat postingan mereka di media sosial, itu tuh yang tiap hari check-in di hotel mewah, makan di restoran mahal, naik pesawat business class, belanja barang-barang branded, sampai liburan ke luar negeri tiap bulan. Duh, jadi pengen deh kayak mereka.

Banyak orang kelas menengah yang suka iri tuh sama gaya hidup orang kaya. Mereka mikirnya orang kaya tuh pasti licik, pasti korup, atau pasti dapat warisan.

Padahal kalau mau jadi orang kaya, mindset kayak gitu tuh harus dihilangin. Daripada membiarkan rasa iri dengki itu muncul di pikiran, mending kita doakan yang baik-baik buat mereka dan kita juga bisa ikut sukses kayak mereka.

Karena gimana kita mau kaya kalau kita udah benci duluan sama orang kaya. Jangan sampai rasa iri itu membuat pikiran kita memblokir untuk jadi kaya di alam bawah sadar kita. Jadi jangan kebanyakan iri ya, kita fokus asah skill dan cari peluang buat jadi kaya juga.

8. Menjadi target pemasaran

Menjadi target pemasaran
Foto: freepik

Kalian sadar enggak sih, sebagai orang kelas menengah tuh pasti sering banget jadi target empuk buat para pemasar atau sales.

Baik itu sales mobil, sales properti, sampai sales asuransi. Kenapa sih kelas menengah itu dianggap pasar yang potensial banget? 

Orang kelas menengah tuh sasaran empuk buat sales soalnya mereka royal dan gampang kepincut diskon atau promo.

Tapi masalahnya, mereka sering beli barang yang sebenarnya enggak terlalu penting cuman gara-gara lagi diskon atau lagi viral.

Padahal kebiasaan konsumtif kayak gitu tuh bisa bikin kita boros dan susah kaya. Emang sih beli barang diskonan tuh rasanya puas banget.

Tapi jangan sampai deh kita jadi korban marketing dan gaya hidup konsumtif ya, harus bisa bedain mana kebutuhan dan mana keinginan.

Belum tentu juga kan semua promo itu benar-benar nguntungin, siapa tahu itu cuma strategi bisnis buat naikin penjualan doang. Kita yang enggak paham malah keburu khilaf dan beli barang yang sebenarnya enggak terlalu butuh.

Jadi mulai sekarang, tiap kali mau belanja ajukan dulu pertanyaan ke diri sendiri "Ini benar-benar saya butuhin enggak sih, apa cuman pengen aja?, Kalau enggak dibeli sekarang apa konsekuensinya ke hidup saya?"

Kalau jawabannya cuman pengen dan enggak terlalu ngaruh, ya mending disimpan dulu aja duitnya.

Lebih baik kita menahan diri sekarang supaya nanti di masa depan bisa belanja dengan lebih bijak dan sesuai kebutuhan.

9. Persepsi terhadap diri sendiri

Persepsi terhadap diri sendiri
Foto: freepik

Sebenarnya orang kelas menengah kadang masih suka ngerasa insecure atau minder. Di satu sisi mereka ngerasa udah jauh lebih beruntung dari orang-orang miskin, tapi di sisi lain mereka juga belum sepenuhnya ngerasa jadi orang sukses.

Kadang mereka juga suka mempertanyakan diri sendiri, "Apa sih kurang saya kok kayaknya susah banget ya buat naik kelas?" Mereka ngerasa udah kerja keras, udah nabung, tapi tetap aja serasa enggak ada progres.

Sementara teman-temannya udah pada punya mobil, rumah, bisnis, dan aset-aset lainnya, jadi mereka enggak percaya diri deh.

Tapi tahu enggak, persepsi kayak gitu tuh enggak adil sebenarnya, baik buat diri sendiri maupun orang lain. Kita jadi terbiasa menilai diri kita dan orang lain cuma dari kepemilikan materi atau status sosialnya aja.

Padahal manusia tuh enggak bisa dinilai cuma dari tampilan luarnya doang kan. Jangan pernah merendahkan diri sendiri karena pencapaianmu belum terlihat.

Setiap orang punya potensi yang sama besarnya buat sukses. Yang penting tuh kita enggak boleh stuck sama status quo dan terus berusaha jadi versi terbaik dari diri kita sendiri. Jangan ragu buat coba hal baru, jangan takut gagal, dan jangan berhenti belajar.

10. Persiapan pensiun

Persiapan pensiun
Foto: freepik

Banyak banget orang kelas menengah yang masih menganggap pensiun tuh masih lama, jadi santai aja gitu persiapannya.

Padahal justru harusnya kita mulai menyiapkannya dari sekarang, loh. Kenapa sih harus prepare pensiun dari sekarang? Ya karena kita enggak pernah tahu gimana kondisi kita di masa depan.

Apalagi kan tuntutan hidup juga makin tinggi ya, dari biaya pendidikan anak, biaya kesehatan, belum lagi nanti mau bantuin anak nikah atau bangun rumah.

Kalau enggak ada persiapan dari jauh-jauh hari, bisa-bisa pensiun nanti kita jadi beban anak cucu deh.

Selain itu, orang kelas menengah tuh sebenarnya belum terlalu paham sama instrumen investasi dan produktivitas uang.

Mereka masih terbiasa dengan pola hidup gajian, belanja, habis, gajian lagi. Jarang banget deh yang benar-benar menyisihkan gaji bulanannya buat investasi atau buat aset produktif.

Padahal masa depan yang cerah tuh harus dipersiapkan jauh-jauh hari. Perlu ada alokasi budget khusus yang terus-menerus kita sisihkan buat investasi jangka panjang, enggak perlu gede-gede yang penting konsisten aja.

Cari tahu instrumen investasi mana yang cocok sama profil risiko kalian, karena enggak ada loh investasi yang cocok buat semua orang. Semua tergantung sama tujuan finansial dan toleransi risiko masing-masing.

Intinya, pensiun yang nyaman dan bahagia itu bukan cuma mimpi, itu bisa jadi kenyataan kalau kita mau berpikir panjang dan memulai persiapannya dari sekarang. 

Yang penting pensiun nanti duitnya udah cukup, impian kita tercapai, dan kita bisa enjoy hidup tanpa ngerepotin siapa-siapa.

Nah, dari 10 ciri yang udah kita bahas tadi, pastinya ada dong yang ngerasa relevan banget sama diri kalian. Itu artinya, selamat, kalian resmi menjadi bagian dari keluarga besar kelas menengah Indonesia.

Tapi jangan cuma berhenti sampai di situ aja ya. Justru sekarang adalah waktu yang tepat banget buat kita upgrade diri.

Baik itu secara skill, finansial, maupun mental, supaya kita bisa naik kelas dan enggak stuck di kelas menengah terus.

Mulai dari nabung dan investasi yang bijak, mengelola pendapatan dengan lebih efisien, meningkatkan passive income, atau bahkan memulai bisnis sendiri. Semua itu bisa jadi langkah awal buat perlahan naik tingkat dari kelas menengah menuju kelas atas.

Akhir kata, selama kita bersyukur, kerja keras, terus berbagi, dan bermanfaat buat sesama, percaya deh kelas sosial itu nggak akan lagi jadi masalah. Yang ada cuman jiwa yang bahagia dan hidup yang selalu berkecukupan.